Sebuah buku Puisi karya
SITOK SRENGENGE
Tripitakata (Yogyakarta:
KataKita, 2013) adalah himpunan tiga buku puisi dari tahun-tahun awal
kepenyairan Sitok Srengenge. Mereka adalah (1) Kelenjar Bekisar Jantan dan Stanza Hijau Muda, yang adalah
metamorfosis dari Persetubuhan Liar
menjadi Kelenjar Bekisar Jantan,
ditambah sejumah puisi sezaman; (2) Anak
Badai dan Amsal Puisi Banal, jelmaan Anak
Jadah setelah ditambah puisi-puisi sezaman; (3) Gembala Waktu dan Madah Pereda Rindu, memuat puisi-puisi yang
ditulis Sitok pada masa SMA dan kuliah.
Puisi-puisi Sitok Srengenge dari masa ini memperlihatkan
serangkaian percobaan penyair sebelum akhirnya mantap dengan pilihannya
sendiri. Puisi-puisinya memanfaatkan
bentuk puisi bebas, di samping sajak empat dan dua seuntai, memainkan pelbagai
citraan alam dalam bahasa Indonesia yang ringkas, di samping penataan rima
akhir yang hampir selalu rapi. Mereka menyoal cinta dan erotisme dalam hidup
kita, desa dan kota yang berubah, meletupkan kritik sosial.
Sebuah novel terbaru ditulis:
TINUK R. YAMPOLSKY
CANDIK ALA 1965
1965 adalah tahun yang traumatik dalam sejarah Indonesia. Beberapa karya fiksi dan non-fiksi ditulis. Niat: menghadirkan kembali pergolakan politik yang gemuruh dan berdarah itu.
Tapi Candik Ala punya sesuatu yang istimewa: peristiwa yang menakutkan itu dikisahkan dari mata seorang anak, yang kemudian tumbuh, di sebuah kampung di Solo: sebuah dunia yang lugu yang dibenturkan dengan pergolakan yang buas.
Tinuk Yampolsky menuturkannya dengan sederhana, lurus, tanpa kelokan-kelokan literer. Bersama warna lokal yang menyusup dalam dialog-dialognya, novel ini mirip sebuah film dokumenter – dan mengasyikkan bagi mereka yang ingin tahu bagaimana kehidupan berjalan di sebuah kota di Jawa Tengah di pertengahan 1960-an yang terguncang dan berdarah-darah itu.
Tapi Candik Ala punya sesuatu yang istimewa: peristiwa yang menakutkan itu dikisahkan dari mata seorang anak, yang kemudian tumbuh, di sebuah kampung di Solo: sebuah dunia yang lugu yang dibenturkan dengan pergolakan yang buas.
Tinuk Yampolsky menuturkannya dengan sederhana, lurus, tanpa kelokan-kelokan literer. Bersama warna lokal yang menyusup dalam dialog-dialognya, novel ini mirip sebuah film dokumenter – dan mengasyikkan bagi mereka yang ingin tahu bagaimana kehidupan berjalan di sebuah kota di Jawa Tengah di pertengahan 1960-an yang terguncang dan berdarah-darah itu.
Goenawan Mohamad
penyair dan isais.
penyair dan isais.
Buku I
tetralogi novel fantasi
pertama di Indonesia
Easter telah memperkaya khasanah penulisan cerita di Indonesia dengan mengubah seri cerita fantasi yang di sana-sini menunjukkan daya pikat tersendiri. Ia piawai memainkan alur dan melukiskan karakter tokoh-tokoh ceritanya, pandai menciptakan adegan-adegan yang menegangkan, dan lihai mengelola misteri seraya menelusup ke tema yang tidak ringan seperti politik dan kekuasaan. Barangkali Easter termasuk generasi pengarang berpengetahuan luas yang menulis tanpa banyak beban, termasuk beban “bersastra”, dan barangkali karena itu kisah-kisahnya terasa lepas dan mengalir. Kemampuannya menyusun kalimat-kalimat yang lancar dan lentur dan staminanya yang tetap terjaga membuat cerita-ceritanya enak dinikmati dari awal hingga akhir.
Joko Pinurbo, Penyair
PENERBIT
KataKita
Banyutemumpang RT.01, Bangunjiwo, Kasihan-Bantul Yogyakarta
Telp. 0817 6565 274, 0815 9610 204
Contact person: Farah Maulida
email: farahmaulida@gmail.com
KataKita
Banyutemumpang RT.01, Bangunjiwo, Kasihan-Bantul Yogyakarta
Telp. 0817 6565 274, 0815 9610 204
Contact person: Farah Maulida
email: farahmaulida@gmail.com
isi nya cerita tentang apa ya???
BalasHapus